Popular Post

Archive for Desember 2014

Ragam Bahasa : Bahasa Psikologi

By : dini safitri
kali ini saya akan membahas tentang Bahasa Psikologi beserta penjabaran tentang makna dan macam-macam psikologi itu sendiri. 
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mentalmanusia secara ilmiah. Para praktisi dalam bidang psikologi disebut para psikolog. Para psikolog berusaha mempelajari peran fungsi mental dalam perilaku individu maupun kelompok, selain juga mempelajari tentang proses fisiologis danneurobiologis yang mendasari perilaku.

BIPOLAR DISORDER DALAM PSIKOLOGI

 Edit 0
  1. I. Penjelasan
Ganguan bipolar atau sering disebut juga dengan manic - depresi merupakan kelainan pada otak yang menyebabkan ketidak normalan pergantian mood, energi, level aktivitas, dan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas harian. Bipolar memiliki dua kutub, yaitu manik dan depresi. Gangguan ini bersifat episode yang cenderung berulang, menunjukkan suasana perasaan atau mood dan tingkat aktivitas yang terganggu.Seseorang yang mengidap Bipolar Disorder biasanya sering merasa euphoria berlebihan (mania) dan mengalami depresi yang sangat berat. Periode mania dan depresi ini bisa berganti dalam hitungan jam, minggu maupun bulan. Ini semua tergantung masing-masing pengidap.Mood atau keadaan emosi internal merupakan penyebab utama dari gangguan ini.
Kadang penderita memiliki perasaan atau yang bisa disebut sebagai mood meninggi, energi dan aktivitas fisik dan mental meningkat atau episode manik atau hipomanik. Pada waktu lain berupa penurunan mood, energi dan aktivitas dan mental berkurang (episode depresi).Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik.Mereka yang mengalami gangguan bipolar ini beralih dari perasaan sangat senang dan gembira ke perasaan sangat sedih atau sebaliknya. Dua kutub mood tinggi dan rendah, saling bergantian.
Bipolar disorder sering dialami oleh remaja yang beranjak dewasa atau dewasa muda. setidaknya setengah dari kasus dimulai sebelum umur 25 tahun. beberapa orang memiliki gejala - gejalanya bahkan sejak kanak - kanak, sementara beberapa orang sisanya mengalami gejala - gejalanya lebih lama. Bipolar disorder tidak mudah dikenali saat kelainan ini dimulai. gejalanya terlihat seperti masalah - masalah yang berbeda, tidak tampak seperti bagian dari masalah lain yang lebih besar. beberapa orang menderita kelainan ini sampai bertahun - tahun sampai akhirnya terdiagnosis dan mendapatkan terapi. Seperti diabetes dan penyakit jantung, bipolar disorder adalah kelainan jangka panjang yang harus di awasi dan di managed seumur hidup.


  1. II. GEJALA-GEJALA BIPOLAR
  2. a. Gejala-gejala dari mania atau episode manic:
Perubahan-Perubahan Suasana Hati
  • Periode yang panjang dari perasaan "puncak", atau suasana hati yang sangat gembira atau ramah
  • Suasana hati yang sangat teriritasi, agitasi, merasakan "jumpy (gelisah)" atau "wired".
Perubahan-Perubahan Kelakuan
  • Berbicara sangat cepat, melompat dari satu idea ke yang lainnya, mempunyai pemikiran-pemikiran yang bergegas-gegas
  • Sangat mudah dikacaukan
  • Aktivitas-aktivitas yang menuju tujuan yang meningkat, seperti menerima proyek-proyek baru
  • Menjadi gelisah
  • Tidur yang sedikit
  • Mempunyai kepercayaan yang tidak realistik pada kemampuan-kemampuan seseorang
  • Berkelakuan secara impulsif dan mengambil bagian pada banyak kelakuan-kelakuan yang menyenangkan dan berisiko tinggi, seperti membelanjakan sprees, seks yang impulsif, dan investasi-investasi bisnis yang impulsif.
  1. b. Gejala-gejala dari episode depresi:
Perubahan-Perubahan Suasana Hati
  • Periode yang panjang dari perasaan khawatir atau kosong
  • Kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang pernah dinikmati, termasuk seks.
Perubahan-Perubahan Kelakuan
  • Merasa lelah atau "slowed down"
  • Mempunyai persoalan-persoalan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan-keputusan
  • Menjadi gelisah atau teriritasi
  • Merubah kebiasaan-kebiasaan makan, tidur, atau yang lain-lain
  • Memikirkan kematian atau bunuh diri, atau mencoba bunuh diri.
  1. c. Gejala-gejala dari episode hipomania :
Tahap hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya adalah penderita yang berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami hallucination dan delusion. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa resiko yang sama dengan mania. Gejala-gejala dari tahap hipomania bipolar disorder adalah sebagai berikut.
1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
2. Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
3. Penurunan kebutuhan untuk tidur.
  1. d. Gejala-gejala episode campuran (Mixed state episode) :
Dalam konteks bipolar disorder, mixed state adalah suatu kondisi dimana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlal-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantin dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat. Mixed state bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination.
Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut.
  1. Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya.
  2. Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
  3. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
  4. Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik, telepon.
Menurut DSM, ada empat tipe-tipe dasar dari penyakit bipolar:
  1. Penyakit Bipolar I terutama ditentukan oleh episode-episode manic atau campuran yang berlangsung paling sedikit tujuh hari, atau oleh gejala-gejala manic yang begitu parah sehingga orang itu perlu segera perawatan rumah sakit. Biasanya, orang itu juga mempunyai episode-episode depresi, secara khas berlangsung paling sedikit dua minggu. Gejala-gejala dari mania atau depresi harus menjadi perubahan utama dari kelakuan normal seseorang.
  2. Penyakit Bipolar II Hypomanic , ditentukan oleh pola dari episode-episode depresi namun bukan sepenuhnya episode-episode manic atau campuran.
  3. Bipolar Disorder Not Otherwise Specified (BP-NOS) didiagnosa ketika seseorang mempunyai gejala-gejala dari penyakit yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk salah satu dari bipolar I atau II. Gejala-gejala mungkin tidak berlangsung cukup lama, atau orang itu mungkin mempunyai terlalu sedikit gejala-gejala, untuk didiagnosa dengan bipolar I atau II. Bagaimanapun, gejala-gejala adalah dengan jelas keluar dari batasan kelakuan normal seseorang.
  4. Penyakit Cyclothymic, atau Cyclothymia, adalah bentuk ringan dari penyakit bipolar. Orang-orang yang mempunyai cyclothymia mempunyai episode-episode dari hypomania dengan depresi ringan untuk paling sedikit dua tahun. Bagaimanapun, gejala-gejala tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan diagnostik untuk tipe lain apa saja dari penyakit bipolar.
  5. Beberapa orang-orang mungkin didiagnosa dengan rapid-cycling bipolar disorder. Ini adalah ketika seorang mempunyai empat atau lebih episode-episode dari depresi utama, mania, hypomania, atau gejala-gejala campuran dalam satu tahun.
    III. PERSPEKTIF TEORITIS GANGGUAN MOOD1. TEORI PSIKOLOGI TENTANG GANGGUAN MOOD
Teori Psikoanalisis Tentang Depresi
Menurut Freud (1917/ 1950) potensi depresi muncul pada awal masa kanak-kanak. Pada fase oral anak mungkin kurang terlalu terpenuhi kebutuhannya, sehingga ia terfiksasi pada fase ini mengakibatkan individu dependen, low self esteem. Hipotesanya adalah, setelah kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi diri dengan orang tersebut seolah untuk mencegah kehilangan. Lama-lama ia malah marah pada dirinya sendiri, merasa bersalah.
Teori Kognitif Tentang Depresi
a. Teori depresi Beck (1967)Individu menjadi depresi akibat interpretasi negatif yang bias. Pada waktu kecil/remaja muncul skema negatif akibat kejadian-kejadian buruk ia merasa akan selalu sial/gagal, dipadu dengan bias kognitif muncul triad negatif (pandangan sangat negatif tentang diri, dunia, masa depan)
b. Teori helplessness/ hopelessness
  • Learned helplessness
Kepasifan individu dan perasaan tak berdaya mengontrol hidupnya, didapat dari pengalaman-pengalaman buruk/ trauma, mengarah pada depresi
  • Attribution and learned helplessness
Pada situasi dimana individu pernah gagal, ia akan mencoba mengatribusikan penyebab kegagalan. Individu depresi bila mereka mengatribusikan kejadian negatif bersifat stabil dan global. Individu depresi biasanya menunjukkan depressive attributional styleàmengatribusikan rasa hasil negatif sebagai personal, global, penyebabnya stabil
  • Teori hopelessness
Sejumlah bentuk depresi dianggap sebagai akibat hopelessnessà merasa hasil yang diharapkan takkan pernah muncul, individu tak bisa merubah situasi. Kemungkinan muncul akibat self esteem yang rendah, kecenderungan anggapan bahwa kejadian negatif akan mengakibatkan sejumlah hal negative
Teori Interpersonal Tentang Depresi
  • Individu depresi cenderung terbatas jaringan dan dukungan sosialnyaàmengurangi kemampuan individu mengatasi kejadian negatif, rentan terhadap depresi.
  • Individu depresi berusaha meyakinkan diri bahwa orang lain benar peduli. Namun ketika yakin, rasa puasnya hanya sebentar. Berhubungan dengan konsep diri negatif.
  • Kompetensi sosial yang rendah diperkirakan memunculkan depresi pada anak usia TK
  • Interpersonal problem solving skill yang rendah dapat meningkatkan depresi pada remaja
Teori Psikologi Tentang Gangguan Bipolar
  • Tekanan hidup adalah faktor penting munculnya gangguan bipolar
  • Dukungan sosial dapat mempercepat penyembuhan simptom depresi, tapi tidak simtom mania
  • Attributional style + sikap disfungsi + kejadian buruk ---->peningkatan simptom depresi ataupun mania pasien bipolar
  • Self esteem individu mania mungkin sangat rendah


2. TEORI BIOLOGI TENTANG GANGGUAN MOOD
Genetic Data
Penelitian mengenai faktor genetis pada gangguan unipolar dan bipolar melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan mood (Gherson, 1990, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Pada gangguan unipolar, meskipun faktor genetis mempengaruhi, namun kurang menentukan dibandingkan gangguan bipolar. Resiko akan meningkat pada keluarga pasien yang memiliki onset muda saat mengalami gangguan.
Berdasarkan beberapa data diperoleh bahwa onset awal untuk depresi, munculnya delusi, dan komorbiditas dengan gangguan kecemasan dan alkoholisme meningkatkan resiko pada keluarga (Goldstein, et al., 1994; Lyons et al., 1998, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).
Neurochemistry dan Mood Disorders
Dua neurotransmitter yang berperan dalam gangguan mood adalah norepinephrine dan serotonin. Norepinephrine terkait dengan gangguan bipolar dimana tingkat norephinephrine yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin, tingkatnya yang rendah juga menyebabkan depresi. Terdapat dua kelompok obat untuk depresi, yaitu tricyclics dan monoamine oxidase (MAO) inhibitors. Tricyclics seperti imipramine (tofranil) adalah obat antidepresan yang berfungsi untuk mencegah pengambilan kembali norephinephrine dan serotonin oleh presynaptic neuron setelah sebelumnya dilepaskan, meninggalkan lebih banyak neurotransmitter pada synapse sehingga transmisi pada impuls syaraf berikutnya menjadi lebih mudah. Monoamine oxidase (MAO) inhibitors merupakan obat antidepresan yang dapat meningkatkan serotonin dan norephineprhine. Terdapat pula obat yang dapat secara efektif mengatasi gangguan unipolar, yaitu Selective Serotonin Reuptake Inhibitors, seperti Prozac. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efek samping dari berbagai obat antidepresan tersebut sehingga peningkatan dari norephineprhine dan serotonin tidak menimbulkan komplikasi lainnya.
Sistem Neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus. Hipotalamus kemudian mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkannya. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituitary. Relevansinya terkait dengan simtom vegetatif pada gangguan depresi, seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi, hal itu disebabkan produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus (Garbutt, et al., 1994 dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal (Rubun et al., 1995, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi.
An Integrated Theory of Bipolar Disorder
Gangguan bipolar merefleksikan adanya gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system atau BAS. BAS memfasilitasi kemampuan manusia unuk mendekati atau memperoleh reward dari lingkungannya dan ini telah dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert, peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur syaraf dalam otak yang melibatkan dopamine neurotransmitter dan juga terkait dengan perilaku untuk memperoleh reward. Peristiwa kehidupan yang melibatkan pencapaian tujuan atau reward diprediksi meningkatkan simtom mania. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan perubahan pada simtom mania, dan pencapaian tujuan tidak terkait dengan perubahan dalam simtom depresi. Dengan demikian, BAS dan manifestasi perilakunya, yaitu pencapaian tujuan diasosiasikan dengan simtom mania dari gangguan bipolar.
3. TEORI LINGKUNGAN TENTANG GANGGUAN MOOD
Bipolar disorder tak hanya dipengaruhi oleh gen saja, tetapi juga didorong oleh faktor lingkungan. Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu munculnya bipolar disorder. Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal.

IV. PREVENSI
1. Psikodinamik
Psikoanalisis tradisional bertujuan membantu orang yang depresi untuk memahami perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek) penting dalam hidup mereka yang telah hilang atau yang terancam akan hilang. Dengan menggali perasaan-perasaan marah terhadap objek yang hilang ini, mereka dapat mengarahkan rasa merah keluar melalui ekspresi verbal dari perasaan, bukan membiarkannya menjadi lebih buruk.
Psikoanalisis tradisional dapat menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengungkap dan menghadapi konflik-konflik yang tidak disadari. Pendekatan psikoanalisis modern juga berfokus pada konflik-konflik tidak disadari, namun secara lebih langsung, relative singkat, dan berfokus pada hubungan yang penuh konflik di masa kini maupun masa lalu. Terapis psikodinamika yang eklektik menggunakan metode-metode behavioral dalam membantu klien mencapai keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu jaringan sosial yang lebih luas.
Psikoterapi interpersonal (interpersonal psychoteraphy/IPT) adalah suatu bentuk singkat dari terapi yang berfokus pada hubungan interpersonal klien disaat itu, biasanya tidak lebih dari 9 hingga 12 bulan. Perintis IPT percaya bahwa depresi terjadi dalam suatu konteks interpersonal dan bahwa isu hubungan perlu untuk ditekankan dalam penanganan. IPT membantu untuk menghadapi reaksi kesedihan yang tidak terselesaikan atau yang menganggu setelah kematian orang yang dicintai dan juga konflik-konflik peran dalam hubungan. Terapis membantu klien untuk mengekspresikan kesedihannya dan menghadapi rasa kehilangannya sambil membimbing mereka dalam mengembangkan aktivitas-aktivitas dan hubungan-hubungan baru untuk membantu memperbaharui kehidupan mereka.
2. BehavioralPendekatan penanganan behavioral beranggapan bahwa perilaku depresi dipelajari dan dapat dihilangkan. Terapis behavioral bertujuan untuk secara langsung memodifikasi perilaku dan bukan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap kemungkinan penyebab yang tidak disadari dari perilaku-perilaku ini.
Salah satu program behavioral yang ilustratif telah dikembangkan oleh Lewisohn dan kolega-koleganya, program ini terdiri dari sebuah program terapi kelompok. Hal ini membantu klien untuk memperoleh keterampilan relaksasi, meningkatkan aktivitas yang menyenangkan dan membangun keterampilan sosial yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan reinforcement sosial. Terapi ini terdiri dari satu orang terapis yang dianggap sebagai seorang guru, dan kliennya sebagai siswa. Dalam terapi kelompok, orang belajar mereka tidak sendirian dengan penyakit, mereka menerima dukungan emosional penting, belajar keterampilan untuk mengatasi obat, masalah interpersonal dan terkait dengan pekerjaan, dan belajar cara untuk mengatasi dengan stigma dari orang lain. Memaksimalkan fungsi pekerjaan atau sosial merupakan aspek inti dari intervensi pemulihan dan berbasis keterampilan - misalnya, sekolah dan pekerjaan pelatihan dapat membantu dengan ini.
3. KognitifCognitive teraphy atau terapi kognitif, berfokus pada membantu orang dengan depresi belajar untuk untuk menyadari dan mengubah pola berpikir mereka yang disfungsional. Terapi ini biasanya brejalan selama 14 hingga 16 sesi mingguan. Terapi ini menggunakan kombinasi antara behavioral dan kognitif untuk membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran yang disfungsional serta mengembangkan perilaku yang lebih adaptif.
4. Terapi KeluargaTerapi keluarga pyschoeducational dapat membantu dalam situasi ini dengan berfokus pada peningkatan komunikasi di antara anggota keluarga, membantu orang dengan penyakit bipolar memahami manfaat minum obat mereka secara konsisten dan belajar strategi untuk mencegah kambuh. Dalam hal ini jenis pengobatan, anggota keluarga bisa merasa didukung dan individu dengan penyakit dapat belajar cara-cara baru untuk mempertahankan pemulihan. perawatan psychoeducational membantu orang dan anggota keluarganya untuk lebih memahami penyakit bipolar sehingga pemulihan dapat dicapai lebih cepat. Dalam jenis pendekatan, individu dengan penyakit dan anggota keluarga mereka dapat berharap untuk mendiskusikan topik-topik seperti menerima penyakit, mengidentifikasi tanda-tanda peringatan awal akan terjadi kesulitan, belajar untuk mengatasi perubahan mood, obat pemahaman dan tempat untuk menemukan diri membantu kelompok-kelompok dan mengakses pekerjaan atau pelatihan sumber daya.
5. Biologis
Penggunaan obat untuk bipolar, yaitu obat litium karbonat, berbentuk bubuk dari litum berelemen metalik. Litium efektif dalam menstabilkan mood orang yang menderita bipolar dan dalam mengurangi episode-episode kambuh dari manic dan depresi (Baldessarini & Tondo, 2000; Grof & Alda, 2000). Namun litium umumnya lebih efektif dalam menangani simptom-simptom manic dari pada depresi. Orang dengan gangguan bipolar kemungkinan perlu menggunakan litium secra terus-menerus untuk mengontrol perubahanmood-nya. Dalam pemakaian litium harus dimonitor, karena adanya efek beracun yang potensial dan efek samping lainnya. Obat ini dapat menambah berat badan, kelesuan, pusing dan penurunsn umum dari fungsi motorik, dalam jangka panjang obat ini dapat mengakibatkan masalah liver.
Penstabil mood biasanya diresepkan untuk orang dengan perasaan "tinggi", banyak bicara, lekas marah, pidato dipercepat dan gejala manik lainnya serta depresi yang mengganggu fungsi seseorang. Obat-obat ini biasanya mengurangi intensitas perubahan suasana hati dan biasanya mengembalikan orang tersebut ke tingkat yang lebih normal berfungsi. Lithium, Depakote dan carbamazepine adalah obat-obat umum dalam grup ini. Mereka juga sangat penting untuk membantu orang mencegah gejala-gejala dari datang kembali setelah mereka dikendalikan.
Antidepresan yang diresepkan untuk orang dengan gejala depresi. Ini mungkin termasuk perasaan sedih dan depresi serta melambat, perilaku lamban. Obat-obat ini membantu tubuh mendapatkan kembali energi sehingga orang tersebut memiliki lebih tertarik pada kehidupan sehari-hari. Penting untuk dicatat bahwa antidepresan dapat memperburuk gejala manik dan harus digunakan hati-hati setelah berkonsultasi dengan dokter Anda.
Obat antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk orang dengan gangguan bipolar yang mungkin memiliki halusinasi atau delusi. Halusinasi adalah pengalaman persepsi yang tidak benar-benar terjadi, seperti mendengar suara-suara mengatakan satu untuk menyakiti diri sendiri. Delusi adalah tetap keyakinan palsu tentang diri, seperti "Setiap orang keluar untuk mendapatkan saya." Obat antipsikotik dapat sangat membantu dalam kasus ini dan atau dokter Anda kekasih Anda akan memiliki beberapa untuk memilih dari, termasuk obat-obatan baru seperti olanzapine, quietiapine, risperidol dan ziprasidone.
V. CONTOH KASUS
Saat saya mulai merasa sangat senang, saya tidak tidak lagi merasa seperti ibu rumah tangga biasaa. Saya malah terasa terorganisasi dan terampil dan saya mulai merasa bahwa saya adalah orang yang paling kreatif. Saya dapat menulis puisi dengan mudah. Saya dapat mengubah melod tanpa usaha keras. Saya dapat melukis. Pikiran saya terasa lancar dan dapat menyerap apa pun. Saya memiliki ide yang tak terhitung mengenai perbaikan kondisi anak yang menderita keterbelakangan mental, atau tentang bagaimana rumah sakit untuk anak-anak itu seharusnya dijalankan, apa yang seharusnya ada di sekeliling mereka untuk membuat mereka tetap gembira.dan nyaman serta tidak merasa takut. Saya melihat diri saya mampu mencapai banyak hal demi kebaikan orang. Saya memiliki ide yang tak terhitung mengenai bagaimana masalah lingkungan dapat memberikan inspirasi terhadapat perjuangan untuk mendapat kesehatan dan perbaikan hidup bagi semua orang. Saya merasa mampu mencapai banyak hal demi kebaikan keluarga saya dan orang lain. Saya merasa senang, suatu perasaan euphoria atau kegirangan. Saya ingin hal ini berlangsung selamanya. Saya seperti tidak membutuhkan banyak tidur. Berat badab saya turun dan terasa sehat dan saya menyukai diri saya sendiri. Bahkan saya baru saja membeli 6 gaun baru dan semuanya terlihat bagus bila saya pakai. Saya merasa seksi dan para pria memperhatikan saya. Mungkin saya akan melakukan satu atau beberapa perselingkuhan. Saya merasa mampu berbicara dan akan berhasil dalam politik. Saya ingin menolong orang dengan masalah yang serupa seperti saya sehingga mereka tidak merasa putus harapan.
Sangat indah bila anda merasakan hal ini…Perasaan kegembiraan yang kuat, mood yang baik, membuat saya merasa ringan dan penuh dengan kenikmatan hidup. Namun, saat melewati tahap ini, saya menjadi manic dan kreativitas saya menjadi sangat membesar sehingga saya mulai melihat hal-hal dalam pikiran saya yang tidak masuk akal. Misalnya, suatu malam saya menciptakan suatu keseluruhan film, lengkap dengan pemerannya, dimana saya masih berpikir bahwa hal itu akan menyenangkan. Saya melihat para pemarannya sejelas bila saya menonton mereka dalam kehidupan nyata. Saya juga mengalami terror yang sangat hebat, seperti benar-benar terjadi, saat saya tahu bahwa sebuah adegan pembunuhan akan berlangsung. Saya gemetar ketakutan dibawah selimut dan menjadi benar-benar tak berdaya. Seperti Anda kehatui, saya menjadi seorang psikosis manic pada saat itu. Teriakan saya membangunkan suami sya, yang mencoba meyakinkan saya bahwa kami berada di kamar tidur dan segalnya masih tetap sama. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Namun, saya tetap dimasukan ke rumah sakit keesokan harinya.

Ragam Bahasa Indonesia

By : dini safitri

Pengertian Ragam bahasa

Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan atau berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000)


Macam-macam ragam Bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu 

1.       berdasarkan media
2.       berdasarkan cara pandang penutur
3.       berdasarkan topik pembicaraan.

1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri
·         Ragam bahasa lisan
·         Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan).

Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.

Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.

Ciri-ciri ragam lisan:
a.Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b.Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c.Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d.Berlangsung cepat;
e.Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f.Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g.Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu.’

Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.

Ciri-ciri ragam tulis :
1.Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2.Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3.Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4.Berlangsung lambat;
5.Selalu memakai alat bantu;
6.Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7.Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.

Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’
2.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur

Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari beberapa ragam diantara nya adalah :
·         Ragam dialek
Contoh : ‘Gue udah baca itu buku.’

·         Ragam terpelajar
Contoh :  ‘Saya sudah membaca buku itu.’
·         Ragam resmi
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
·         Ragam tak resmi
Contoh : ‘Saya sudah baca buku itu.’


3.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam diantara nya adalah :

1.       Ragam bahasa ilmiah
2.       Ragam hukum
3.       Ragam bisnis
4.       Ragam agama
5.       Ragam sosial
6.       Ragam kedokteran
7.       Ragam sastra


Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:
Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum)
Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)

Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.

Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
• Faktor Budaya atau letak Geografis
• Faktor Ilmu pengetahuan
• Faktor Sejarah

Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicara.

Ragam bahasa terbagi dua jenis yaitu bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis kita harus menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan menguasai EYD, sedangkan untuk ragam bahasa lisan kita harus mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan.

- Copyright © Dini Safitri - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -